BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar belakang
Banyak peneliti, bahkan sebelum abad
ini untuk menetapkan jumlah kromosom
manusia, tetapi penyelidikan-penyelidikan tersebut terhambat karena
teknik yang belum memadai. Tjio dan Levan pada tahun 1956 memperkenalkan metode
yang memungkinkan mereka menunjukkan dengan sangat jelas bahwa kromosom diploid
manusia adalah 46. Metode yang mereka pakai sekarang dipergunakan secara luas
di semua laboratorium genetika (Agus dan Sjafaraenan, 2013).
Berbagai mutasi yang terjadi pada
kromosom menyebabkan banyaknya fenotipe yang terlihat. Seringkali muncul kasus
yang berhubungan dengan mutasi kromosom tersebut dan menjadi masalah yang tidak
dimengerti oleh masyarakat. Pengamatan ini dilakukan untuk mempelajari berbagai
kariotipe yang ada pada kromosom
Kariotipe adalah gambaran kromosom
dalam suatu sel dengan berbagai struktur dari masing-masing kromosom tersebut.
Kariotipe bisa digunakan untuk mengidentifikasi berbagai kelainan kromosom.
Pada penyusunan ditemukan kariotipe klinefelter dan kariotipe perempuan normal
kromosom ialah benda – benda halus berbentuk
lurus seperti batang atau bengkokyang terdiri dari zat yang mudah mengikat
warna di dalam Nukleus kromosom yang terdapat didalam sel tidak pernah sama
ukurannya. Panjang kromosom antara 0,2 hingga 50 µ (mikron),
dan diameternya antara 0,2 hingga 20 mikron. Pada manusia panjang kromosom
dapat sampai 6 mikron.
Kromosom tumbuh – tumbuhan berukuran lebih besar dari pada kromosom hewan. Pengaturan kromosom secara standar berdasarkan panjang, jumlah serta bentuk kromosom dari sel somatis suatu individu dinamakan kariotipe (Suryo, 1984).
Kromosom tumbuh – tumbuhan berukuran lebih besar dari pada kromosom hewan. Pengaturan kromosom secara standar berdasarkan panjang, jumlah serta bentuk kromosom dari sel somatis suatu individu dinamakan kariotipe (Suryo, 1984).
Untuk
mengetahui secara lebih jelas mengenai bentuk-bentuk kromosom dan mengetahui
cara penyusunan kariotipe, maka dilakukanlah praktikum mengenai kariotipe ini.
I.2
Tujuan percobaan
Adapun tujuan dari percobaan mengenai kariotipe yakni
sebagai berikut.
1.
Mengenal kromosom manusia.
2.
Belajar mengatur kromosom manusia dalam
bentuk kariotipe dan mengenal kelainan-kelainan yang dijumpai pada kariotipe
tersebut.
I.3 Waktu dan tempat percobaan
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 11 April
2013 pukul 14.30 – 17.30 WITA bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kariotipe memperlihatkan berapa banyak kromosom yang
terdapat pada sel dengan beberapa rincian struktur kromosom tersebut. Para
ilmuan hanya dapat melihat rincian tersebut menggunakan pewarnaan khusus. Cara
kerja untuk memeriksa kromosom yaitu, pertama, memperoleh sampel sel. Hampir
semua sel yang membelah bisa digunakan, termasuk sel darah, sel kulit dan
sel-sel dari akar tanaman. Kedua, sel tersebut dibudidayakan, diberi nutrisi
yang tepat untuk pertumbuhan agar bisa aktif membelah. Ketiga, beberapa sel
dikeluarkan dari budidaya dan dilakukan pemberhentian mitosis pada tahap
metafase. Selanjutnya kromosom diberi pewarnaan dan dilakukan analisis mengenai
jumlah dan kelainan yang terjadi
Kariotipe manusia tidak normal jika jumlahnya bukan 46 atau
terdapat penambahan, pengurangan atau terjadi penyusunan kromosom yang tidak
sesuai. Tipe-tipe abnormalitas kromosom antara lain, polyploidy merupakan
kelainan yang memiliki set kromosom berlebih. Aneuploidy, kelainan yang
kehilangan atau kelebihan set kromosom. Aneuploidy terbagi dua, monosomi dan
trisomi. Monosomi merupakan kelainan yang kehilangan satu kromosom, sedangkan
trisomi, kelainan yang kelebihan satu kromosom. Selain dua tipe tersebut, masih
ada lagi delesi (hilangnya bagian kromosom), duplikasi (bagian kromosom yang
menjadi dua), inversi ( bagian kromosom yang letaknya terbalik), dan
translokasi (dua kromosom yang bertukar bagiannya)
Macam-macam
kromosom berdasarkan letak sentromernya, pertama, metasentris, yaitu
kromosom yang memiliki sentromer di tengah, sehingga kromosom dibagi atas dua
lengan yang sama panjang. Kedua, submetasentris, yaitu kromosom yang memiliki
sentromer tidak di tengah, sehingga kedua lengan kromosom tidak sama panjang.
Ketiga, akrosentris, yaitu kromosom yang memiliki sentromer dekat dengan salah
satu ujungnya, sehingga kedua lengan tidak sama panjangnya. Keempat,
telosentris, yaitu kromosom yang memiliki sentromer di salah satu ujungnya
sehingga kromosom tetap lurus dan tidak terbagi atas dua lengan
Sebuah kromosom memiliki dua bagian, yaitu
sentromer dan lengan. kinetokor atau tempat melekatnya benang-benang
gelendong (spindle fiber). Elemen-elemen ini berfungsi untuk
menggerakkan kromosom selama mitosis atau sebagian dari mitosis. Sentromer
merupakan bagian kepala kromosom berbentuk bulat yang merupakan pusat kromosom.
Sentromer
membagi kromosom menjadi dua lengan dan tidak mengandung gen
Lengan adalah badan
kromosom yang dibungkus oleh selaput tipis dan berisi kromonema, yaitu
benang-benang kromosom. Kromonema dikelilingi oleh cairan matriks. Bagian
kromonema yang mengalami penebalan disebut kromomer, yaitu struktur
seperti manik-manik yang tersusun rapat. Struktur ini merupakan akumulasi
materi kromatin yang terdiri dari protein histon dan DNA. Di dalam kromomer
terdapat lokus, yaitu tempat terdapatnya gen. Diduga, DNA dalam kromomer inilah
yang memiliki fungsi genetika dalam kromosom
Abnormalitas yang terjadi pada kromosom menyebabkan
munculnya beberapa sindrom pada manusia yaitu,pertama, sindrom down, trisomi
pada kromosom nomor 21. Orang dengan sindrom down, memiliki rambut yang lurus
dan jarang, lidah yang selalu menonjol, bibir tebal, anggota gerak yang
abnormal, sendi longgar, refleks tidak baik, dan perkembangan milestonenya
sangat lambat. Sindrome down juga memiliki masalah dengan jantung, pendengaran,
penglihatan dan mental. Kedua, sindrom edward, trisomi pada kromosom nomor 18.
Penderita sindrom edward memiliki tengkorak yang sempti, telinga yang
rendah, muka dan mulut kecil, tidak memiliki sidik jari, memiliki jari-jari
kaki yang pendek dan lebar dengan jari kedua dan ketiga melebur. Ketiga,
sindrom patau, trisomi pada kromosom nomor 13. Abnormalitas yang terjadi pada
patau berakibat pada jantung, otak, ginjal dan wajah. Keempat, sindrome turner
(45, X), mereka memiliki gangguan pada indra pendengaran, tidak bisa mendengar
pada frekuensi suara tertentu, memiliki lipatan kulit di bagisn belakang leher.
Saat memasuki masa pubertas, rambut tubuh jarang tumbuh, tidak mengalami
menstruasi, payudara kecil, dan rahimnya kecil. Keempat, sindrom klinefelter
yang disebabkan oleh kelebihan kromosom X. Laki-laki yang mengalami sindrom
klinefelter mengalami keterbelakangan seksual, testis belum sempurna, payudaranya
berkembang, dan memiliki kaki dan tangan yang panjangnya melebihi panjang
normal
Ketika memeriksa sebuah kariotipe, seorang ahli genetika
memeriksa setiap kromosom pada individu. Kromosom-kromosom tersebut memiliki
ukuran dan bentuk tertentu, lokasi sentromer dan panjang lengan merupakan
bagian yang mendefenisikan bentuk fisik setiap kromosom
Tata cara penamaan kormosom manusia atau disebut nomenklatur
kromosom memiliki urutan penulisan sebagai berikut: pertama, jumlah kromosom
pada sel somatis sebagai simbol pertama lalu diikuti tanda koma. Contoh
46, untuk kromosom manusia normal. Kedua digunakan simbol kromosom seks.
Kromosom seks untuk wanita XX untuk pria XY atau misalnya terjadi penyimpangan
XXY. Ketiga, Suatu peristiwa yang merupakan kelainan yang terjadi pada kromosom
sebagai simbol ketiga
Peristiwa-peristiwa tersebut dapat meliputi peristiwa
delesi, translokasi, duplikasi, monosomi atau trisomi. Kromosom dengan
perubahan ditandai angka yang merupakan nomor urutan kromosom dan perubahan
lengan ditandai dengan p untuk lengan pendek dan q untuk lengan
panjang. Keempat, simbol “+” menandakan trisomi dan simbol “-“ menandakan
mosomi pada kormosom tersebut. Kelima, simbol “+”, di belakang huruf p
atau q pada simbol ketiga, mengindikasikan adanya penambahan materi
kromosom pada kromosom tersebut dan simbol ”-“ mengindikasikan adanya delesi
pada lengan kromosom tersebut. Misalnya 5p- menandakan adanya delesi pada
lengan pendek kromosom nomor-5, 9q+ menandakan adanya penambahan materi
kromosom pada lengan panjang kromosom nomor-9. Terakhir, simbol t
menandakan terjadinya translokasi antara dua kromosom. Sebagai contoh t(14p;21q) menandakan adanya translokasi antara lengan panjang kromosom nomor 14
dan 21
Kelainan kromosom dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perubahan
struktur kromosom dan perubahan jumlah kromosom. Perubahan struktur kromosom
secara umum dapat disebabkan oleh 4 hal, yaitu delesi, duplikasi, inversi, dan translokasi.
Delesi atau defisiensi merupakan peristiwa hilangnya sebagian kromosom karena
kromosom tersebut patah. Potongan kromosom yang tidak memiliki sentromer akan
tertinggal dalam anafase dan hancur dalam plasma. Kromosom dapat patah di satu
tempat dekat ujung kromosom sehingga bagian ujung kromosom terbuang (delesi
terminal) atau dapat terjadi kepatahan di dua tempat , dan mengakibatkan
hilangnya suatu segmen di bagian tengah kromosom (delesi interkalar). Jika
delesi terjadi terlalu banyak, kehilangan gen biasanya mengakibatkan kematian
dalam kandungan (maupun segera, setelah lahir), namun dalam beberapa kasus,
bayi masih dapat hidup cukup lama, tetapi dengan kelainan-kelainan fenotip.
Delesi kromosom dapat disebabkan oleh pemanasan, radiasi, virus atau bahan
kimia. Kelainan-kelainan yang disebabkan oleh delesi pada kromosom adalah :
1.
Cri du cat syndrome
Sindroma
Cri Du Chat (Sindroma Tangisan Kucing, Sindroma
5p) disebabkan oleh penghapusan bagian dari lengan pendek
kromosom 5. Penyebab terjadinya penghapusan ini tidak diketahui, tetapi pada
sebagian besar kasus, diperkirakan penyebabnya adalah hilangnya 1 keping
kromosom 5 pada saat pembentukan sel telur atau sperma. Kasus lainnya terjadi
karena salah satu orang tua membawa kromosom 5 yang telah mengalami translokasi
(penyusunan ulang Individu).
2.
Wolf-Hirschhorn syndrome
Kelainan ini disebabkan oleh penghapusan parsial dari lengan
pendek kromosom 4. Individu yang mengalami kelainan Wolf-Hirschhorn syndrome
memiliki ciri-ciri terhambatnya pertumbuhan, keterbelakangan mental yang
mendalam, dan fitur wajah yang khas dengan luas hidung datar dan dahi yang
tinggi.
3.
Jacobsen syndrome
Sindrom Jacobsen, juga dikenal sebagai
gangguan penghapusan terminal kromosom 11q. Hal ini dapat menyebabkan cacat intelektual, penampilan
wajah yang khas, dan berbagai masalah fisik termasuk cacat jantung. Sindrom ini pertama kali diidentifikasi oleh dokter
Denmark Petra Jacobsen, dan diyakini terjadi pada sekitar 1 dari setiap 100.000
kelahiran. Sindrom ini merupakan gangguan yang sangat langka.
Duplikasi ialah peristiwa bahwa suatu bagian kromosom
mempunyai gen berulang, akibat pertambahan panjang suatu lengan kromosom. Adisi
ditulis dengan tanda + (18q+). Adisi dapat terjadi karena pertambahan
materi yang sudah ada (berupa pengulangan). Peristiwa duplikasi dapat ditemukan
pada lalat buah Drosophila melanogaster . Lalat normal bermata bulat,
lalat mutan bermata sempit ('Bar') hasil dari duplikasi pada kromosom-X
Pada inversi, kromosom mempunyai urutan gen yang terbalik
karena terjadinya perputaran kromosom 180 r yang membentuk loop, keludian loop
tersebut putus dan bertaut kembali. Biasanya kelainan ini tifak menyebabkan
perubahan fenotip. Inversi dapat dikategorikan menjadi Inversi
Parasentrik bila sentromer diluar loop ketika inversi terbatas pada
satulengan kromosom saja dan Inversi perisentrik bila sentromer di dalam
loop. Ada 2 macam, yaitu inversi parasentri dimana sentromer terletak di
samping bidang yang mengalami inverse. Inversi perisentris dimanasentromer
terletak pada bidang yang mengalami inversi
Translokasi terjadi ketika sebagian segmen kromosom
berpindah ke kromosom lain. Beberapamacam translokasi seperti translokasi G/G
yaitu translokasi antara kromosom 22/21, atau translokasi D/G yaitu translokasi
antara kromosom 14 atau 15 dengan kromosom 21. Dua per tigakasus translokasi
diakibatkan fusi sentrik kromosom akrosentrik. Kariotipe kedua orangtua
normal.Translokasi ini disebut translokasi Robertsonian. Bisa pula terjadi
translokasi yang menimbulkanpertukatan 2 segmen kromosom timbal balik yang
disebut translokasi resiprok
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gunting dan
alat tulis serta penggaris.
III.2
Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah lem kertas
dan lembaran fotocopy gambar-gambar kromosom manusia.
III.3
Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan ini
yaitu sebagai berikut.
1. Memfotocopy gambar-gambar kromosom manusia.
2.
Menggunting gambar-gambar kromosom normal dan abnormal dan buat kariotipenya.
3.
Menyusun kariotipe pada kromosom normal dari kiri ke kanan dengan urutan dari
yang terbesar hingga yang terkecil.
4.
Menentukan jenis kelamin pada kromosom abnormal penderita.
5.
Menentukan pada kromosom berapa terjadi perubahan genetik.
6.
Menentukan nama kelainan genetik yang di derita dari individu yang memiliki
fotocopy kromosom abnormal tersebut.
kasih sitasi dan dapus akan lebih bagus :)
BalasHapus