LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
PERCOBAAN 9
INDEKS KEANEKARAGAMAAN SERANGGA
DI PADANG RUMPUT
NAMA : ANNISA NURUL ILMI
NIM : H41112328
HARI/TANGGAL
:
SABTU/ 9 APRIL 2013
KELOMPOK : IV ( EMPAT )
ASISTEN
: AHMAD ASHAR
ABBAS
RISPAH HAMZAH
*ayam*
LABORATORIUM
ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Serangga tanah
merupakan salah satu sumberdaya yang ada di alam Indonesia. Kehadiran serangga tanah dibutuhkan karena
kemampuannya dalam menghancurkan dan menguraikan bahan organik. Serangga tanah
ternyata memiliki keanekaragaman yang tinggi, begitu juga di hutan mangrove,
sehingga menjadi sangat menarik dan bermanfaat untuk dikaji lebih lanjut dengan
mengaitkan peran serangga tanah itu sendiri (Kusmana, 2008).
Secara umum dapat dikatakan bahwa untuk dapat menentukan indeks keanekaragaman suatu komunitas,
sangat diperlukan pengetahuan /
keterampilan dalam melakukan identifikasi hewan.
Pada dasarnya, jumlah hewan yang
berada di daerah tropis jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan daerah
temperatur dan daerah
yang beriklim dingin (Umar, 2013).
Keanekaragaman hayati merupakan
kekayaan hidup organisme di bumi, yang berupa tumbuhan, hewan, mikroorganisme,
dan genetika yang dikandungnya, serta ekosistem yang dibangunnya menjadi
lingkungan hidup. Dimana kita ketahui bahwa ekosistem adalah suatu sistem
dialam yang terdapat hubungan timbal balik antara organisme dengan organisme
lainnya, juga dengan lingkungannya (Umar, 2013).
Dengan menggunakan indeks Kennedy, kita akan
mengetahui penggunaan indeks keanekaragaman makhluk hidup. Pengukuran ini akan
dilakukan dari beberapa serangga yang ditangkap. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi populasi di suatu daerah. Kita akan membahasnya
satu persatu dan membuktikan dugaan
keanekaragaman dalam suatu populasi yang ada di suatu areal ( Surya, 2012).
Hal inilah yang
mendasari dikakukannya percobaan mengenai indeks keanekaragaman serangga di
padang rumput ini.
I.2 Tujuan
Percobaan
Tujuan
percobaan ini, yaitu :
1.
Menentukan
indeks keanekaragaman serangga yang terdapat di padang rumput dengan
menggunakan indeks Kennedy.
2.
Melatih
keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling organisme dan
rumus-rumus sederhana dan cepat dalam memprediksi keadaan suatu komunitas.
I.3 Waktu
dan Tempat Percobaan
Percobaan mengenai
indeks keanekaragaman serangga di padang rumput dilaksanakan pada hari Sabtu,
tanggal 9 April 2013, pukul 14.00 – 17.30 WITA, bertempat di Laboratorium
Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Hasanuddin, Makassar dan pengambilan sampel dilakukan pada pukul
06.00-07.00 WITA
bertempat di belakang mesjid kampus Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ekologi adalah kajian mengenai interaksi timbal-balik jasad individu, diantara dan didalam populasi spesies yang sama, atau diantara komunitas populasi yang
berbeda-beda dan berbagai faktor non hidup
(abiotik) yang banyak jumlahnya yang merupakan tempat hidup jasad, populasi atau komunitas
(Heddy, 1986).
Menurut Heddy,
(1986) Indeks keanekaragaman dapat digunakan untuk menyatakan hubungan kelimpahan spesies dalam komunitas. Keanekaragaman spesies terdiri dari 2 komponen yakni :
1. Jumlah spesies dalam komunitas yang
sering disebut kekayaan spesies.
2. Kesamaan spesies. Kesamaan menunjukkan
bagaimana kelimpahan spesies itu (jumlah individu, biomassa, penutup tanah,
dsb) tersebar antara banyak spesies.
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi
yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekosistem bias dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup
yang saling mempengaruhi. komponen-komponen pembentuk ekosistem adalah komponen hidup (biotik) dan komponen tak hidup (abiotik). (Umar, 2013).
Kedua komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem akuarium, ekosistem initer diri dari ikan,
tumbuhan air, plankton yang terapung di air sebagai komponen biotik,
sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah
air, pasir, batu, mineral dan oksigen
yang terlarut dalam air (
Muqayimah, 2013).
Komunitas yang mengalami situasi lingkungan yang keras dan tidak menyenangkan dimana kondisi fisik terus menerus menderita, kadangkala atau secara berkala, cenderung terdiri atas sejumlah kecil spesies yang berlimpah.
Dalam lingkungan yang kunak,
atau menyenangkan, jumlah spesies besar, namun tidak ada satu pun yang berlimpah.
Keragaman spesies dapat diambil untuk menandai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagian jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies
yang ada
(Muqayimah, 2013).
Hubungan ini dapat dinyatakan secara numerik sebagai indeks keanekaragaman. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi lebih stabil. Gangguan parah menyebabkan penurunan yang nyata dalam keragaman. Keragaman yang
besar mencirikan ketersediaan sejumlah besar ceruk (Oka, 1995).
Jumlah
dan jenis serangga akan semakin meningkat pada komunitas yang memiliki
kuantitas dan kualitas pakan yang sesuai dengan kebutuhan serangga.
Antara vegetasi dan serangga terjadi hubungan yang dapat menstabilkan ekosistem
hutan. Bila salah satu komponen terganggu maka akan mempengaruhi
keberadaan komponen lainnya. Hal ini ditegaskan oleh Berryman (1986),
yang menyebutkan bahwa serangga berperan penting dalam proses suksesi dan menjaga
kestabilan ekosistem hutan. Berdasarkan Keppres RI No. 52 Tahun 1989
salah satu fungsi pokok dari kawasan Tahura Sultan Adam adalah sebagai kawasan
pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya (Kusmana, 2008).
Indonesia merupakan salah satu negara “Mega
Biodiversity” setelah Brazil dan Madagaskar. Diperkirakan
25 % aneka spesies dunia berada di Indonesia, yang
mana dari setiap spesies jenis tersebut terdiri dari ribuan plasma nutfah dalam kombinasi yang cukup unik sehingga terdapat aneka gen dalam individu. Secara total
keanekaragaman hayati di Indonesia adalah sebesar 325.350 jenis
flora dan fauna. Keanekaragaman adalah variabilitas antar mahluk hidup dari semua sumberdaya, termasuk di
daratan, ekosistem-ekosistem perairan, dan komplek ekologis termasuk juga keanekaragaman dalam spesies di antara spesies dan ekosistemnya. Sepuluh persen dari ekosistem alam berupa suaka alam, suaka margasatwa, taman nasional, hutan lindung, dan sebagian lagi bagi kepentingan pembudidayaan plasma nutfah,
dialokasikan sebagai kawasan yang dapat member perlindungan bagi keanekaragaman hayati (Arief, 2001).
Serangga adalah salah satu anggota kerajaan binatang yang mempunyai jumlah anggota yang terbesar.
Hampir lebih dari 72 % anggota binatang termasuk kedalam golongan serangga. Serangga telah hidup di bumi kira-kira 350 juta tahun, dibandingkan dengan manusia yang kurang dari dua juta tahun. Selama kurun ini mereka telah mengalami perubahan evolusi dalam beberapa hal dan menyesuaikan kehidupan pada hamper setiap tipe habitat. Serangga dapat berperan sebagai pemakan tumbuhan (serangga jenis ini yang terbanyak anggotanya). Sebagai
parasitoid (hidup secara parasit pada serangga lain), sebagai
predator (pemangsa), sebagai pemakan bangkai, sebagai penyerbuk (misalnya tawon dan lebah) dan sebagai penular (vektor) bibit penyakit tertentu (Putra, 1994).
Di alam, serangga membantu penyerbukan sekitar dua
per tiga dari total
tanaman berbunga dan sekitar 400 spesies tanaman pertanian. Serangga yang berperan dalam penyerbukan tanaman adalah kumbang, lalat,
lebah, tawon, gonteng (ordo
Hymenoptera), kupu-kupu dan ngengat. Diantara serangga tersebut,
lebah yang memiliki sekitar
20.000 spesies, merupakan agen penyerbuk paling
penting (Fajarwati, 2009).
Serangga dapat dijumpai di semua daerah di atas permukaan bumi. Di darat, laut, dan udara dapat dijumpai serangga. Mereka hidup sebagai pemakan tumbuhan, serangga atau binatang lain, bahkan menghisap darah manusia dan mamalia. Serangga hidup sebagai suatu keluarga besar di dalam sebuah kehidupan sosial yang rumit,
seperti yang dilakukan oleh lebah, semut dan rayap yang hidup di dalam sebuah koloni (Putra, 1994).
Manfaat serangga antara lain sebagai penyerbuk (pollinator) andal untuk semua jenis tanaman. Di bidang pertanian serangga berperan membantu meningkatkan produksi buah-buahan dan biji-bijian. Produksi buah-buahan dan biji-bijian meningkat sebesar 40 % berkat bantuan serangga dengan kualitas yang sangat bagus. Di Eropa dan Australia berkembang jasa penyewaan koloni serangga untuk penyerbukan yang melepas kawanan lebah menjelang tanaman berbuah. Serangga juga berperan sebagai organism perombak (dekomposer) yang
mendegradasi kayu yang tumbang, ranting, daun
yang jatuh, hewan yang mati dan sisa kotoran hewan
(Arief, 2001).
Jenis-jenis seperti rayap, semut, kumbang, kecoa hutan dan lalat akan merombak bahan organic menjadi bahan anorganik yang berfungsi untuk regenerasi dan penyubur tanaman.
Serangga juga berperan sebagai pengendali fitofagus (serangga hama bagi tanaman),
sehingga tercipta keseimbangan alam yang permanen di dalam ekosistem hutan. Jika proses dalam rantai makanan itu terjaga maka dinamika ekosistem hutan pun akan stabil.
Dari segi pengelolaan hutan, peranan serangga perlu diarahkan kepada pendugaan seberapa jauh serangga tertentu atau dalam hubungan simbiosis yang seperti apakah sehingga serangga mempunyai peran sebagai spesies indikator, untuk memprediksi tingkat kepunahan spesies lain atau perubahan mikrolingkungan, habitat maupun ekosistem tertentu (Arief, 2001).
Dari segi pengelolaan hutan, peranan serangga perlu diarahkan kepada pendugaan seberapa jauh serangga tertentu atau dalam hubungan simbiosis yang seperti apakah sehingga serangga mempunyai peran sebagai spesies indikator, untuk memprediksi tingkat kepunahan spesies lain atau perubahan mikrolingkungan, habitat maupun ekosistem tertentu (Arief, 2001).
Penggunaan bioindikator akhir-akhir ini dirasakan semakin penting dengan tujuan utama untuk menggambarkan adanya keterkaitan antara faktorbiotik dan abiotik lingkungan. Bioindikator (Indikatorbiologi) adalah jenis atau populasi tumbuhan, hewan dan mikroorganisme yang kehadiran, vitalitas dan responnya akan berubah karena pengaruh kondisi lingkungan. Setiap jenis akan memberikan respon terhadap perubahan lingkungan tergantung dari stimulasi (rangsangan) yang diterimanya. Respon yang
diberikan mengindikasikan perubahan dan tingkat pencemaran
yang terjadi di lingkungan tersebut dimana respon yang diberikan dapat bersifat sangat sensitif, sensitive atau resisten (Arief, 2001).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu botol pembunuh, pinset, botol sampel, dan Sweeping net.
III.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu Ether dan Serangga (ulat Caterpillar, belalang Valanga sp, Lalat buah Drosophila melanogaster, lebah Apixcerana, semut merah Formica ruva, laba-laba Nepheliosp, kupu-kupu Papiliosp, dan semut hitam Technomyrmexalbipes).
III.3 Cara Kerja
Cara kerja pada percobaan ini adalah :
A.
Cara
pengambilan sampel
1. Dipilih lokasi di padang rumput yang
ada di sekitar kampus, kemudian dilakukan penangkapan serangga dengan
menggunakan jaring serangga.
2. Diayunkan ke kiri dan ke kekanan Sweeping net di permukaan padang rumput,
setiap melangkah 1 kali ayunan, dilakukan 10-20 ayunan (10-20 langkah).
3. Digulung jaring sweeping net agar serangga tidak lepas, kemudian dimasukkan kedalam
botol pembunuh yang berisi ether secukupnya dengan kapas. Biarkan sebentar
sampai serangga mati, kemudian dimasukkan kedalam botol sampel.
4. Dilakukan penjaringan serangga dengan sweeping net sebanyak 10 kali pada
lokasi yang berbeda di padang rumput.
B.
Pengamatan dan Analisis Data di Laboratorium
1.
Di laboratorium, dilakukan pengamatan dan perhitungan.
2.
Diusahakan
serangga yang tadi diambil satu per satu secara acak, kemudian diletakkan pada
petridish.
3.
Diamati
serangga no.1, kemudian pada lembar kerja berilah tanda + , diambil serangga
no.2 dan letakkan berdampingan dengan serangga no.1 dan amati. Jika serangga
no.2 berbeda dengan no.1 beri tanda + pada lembar kerja, tetapi apabila sama,
maka beri tanda 0 pada lembar kerja.
4.
Dimasukkan
serangga no.1 kembali kedalam botol yang lain, kemudian dilanjutkan pengamatan
dengan mengambil sampel no.3, lakukan seperti point 7 sampai semua sampel
teramati.
5.
Diperhatikan
bahwa tiap serangga yang diambil hanya dibandingkan dengan hewan sebelumnya.
6.
Setelah
selesai pengamatan sampel, dilakukan perhitungan indeks keanekaragaman atau
indeks diversitas (LD) Kennedy :
*rumus*
7.
Dilakukan pengamatan beberapa kali dan ambil harga rata-ratanya.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
IV.1.1 Data
Hasil Pengamatan
A. Pengamatan
lokasi I
Tabel 1. Hasil pengamatan lokasi I
Urutan
spesimen
|
Jumlah tanda
+
|
+
+ + + + + + + + + + + + + o + o+ + + o o + + + o + + o + o o + + o + + + o +
o + + + + + + + + + + o + + + + + + + + + + + o + + o o + + + + + o o o o + o
+ o + + + +
n = 85 |
64
|
B. Pengamatan
lokasi II
Tabel 2. Hasil pengamatan lokasi II
Urutan
spesimen
|
Jumlah tanda
+
|
+ o + + + o +
+ o
n = 9
|
6
|
Keterangan :
+ = jenis beda
O = jenis sama
Nb : Parameter
keanekaragaman
< 0,5 = Keanekaragaman rendah
0,5 – 0,7 = Keanekaragaman sedang
0,7 – 1 = Keanekaragaman tinggi
IV.1.2 Analisis
Data
A. Lokasi I
=
=
0,75
Jadi, pada lokasi I dapat digolongkan bahwa tingkat keanekaragamannya
tinggi Karena ID Kennedy yang diperoleh berada pada interval 0,7 – 1.
B. Lokasi II
=
= 0,66
Jadi, pada lokasi II dapat digolongkan bahwa tingkat keanekaragamannya
sedang Karena ID Kennedy yang diperoleh berada pada interval 0,5 – 0,7.
IV.2 Pembahasan
Keanekaragaman hayati telah menjadi perhatian utama para ahli
ekologi dalam beberapa dekade terakhir. Penelitian mengenai keanekaragaman
hayati telah banyak dilakukan terutama pada serangga. Hal ini disebabkan karena
serangga merupakan komponen keanekaragaman hayati yang paling besar jumlahnya,
mempunyai fungsi ekologi yang penting dan dapat menjadi indikator rusaknya
lingkungan.
Keanekaragaman
serangga herbivora baik dalam hal kelimpahan dan kepunahan maupun kekayaannya
juga sangat terkait dengan tingkat tropik lainnya. Hal ini disebabkan adanya
interaksi yang terjadi, baik diantara kelompok fungsional serangga maupun
dengan tumbuhan yang selanjutnya akan membentuk keanekaragaman serangga itu
sendiri. Penurunan keanekarangaman spesies serangga herbivora dapat menimbulkan
negatif terhadap keanekaragaman musuh alami serangga-serangga herbivora
tersebut. Kemungkinan ini cukup beralasan karena serangga herbivora mendukung
hampir setengah dari jumlah spesies predator dan parasitoid. Dalam percobaan
ini, serangga digunakan sebagai indikator mengenai keadaan hayati lingkungan.
Dalam
percobaan ini, dilakukan pengambilan sampel serangga terlebih dahulu sebelum
dilakukan analisis diversitas serangga di laboratorium. Lokasi pengambilan
sampel bertempat di padang rumput yang ada di sekitar
kampus, kemudian dilakukan penangkapan serangga dengan menggunakan jaring
serangga (sweeping net).
Penggunaan jaring ini bertujuan agar penangkapan serangga lebih mudah dengan
harapan serangga yang terambil lebih banyak jumlahnya dari penangkapan dengan
cara manual. Jaring serangga (sweeping net) digunakan dengan cara
mengayunkannya ke kiri dan ke kanan pada permukaan padang rumput sebanyak 10-20
kali ayunan setiap langkah kaki sebanyak 10-20 langkah. Kemudian, jika serangga
telah masuk ke dalam Jaring serangga (sweeping net), gulunglah dengan
segera agar serangga tersebut tidak lepas kemudian
dimasukkan kedalam botol pembunuh yang berisi ether secukupnya dengan kapas.
Biarkan sebentar sampai serangga mati, kemudian dimasukkan kedalam botol
sampel. penjaringan serangga dengan sweeping
net dilakukan sebanyak 10 kali pada lokasi yang berbeda di padang rumput
yang ada di sekitar kampus UNHAS.
Di laboratorium, dilakukan pengamatan
dan analisis data terhadap serangga yang telah ditangkap dengan jaring.
Pertama-tama, di ambil serangga yang di peroleh pada lokasi I secara acak lalu
susun serangga pada kertas. Usahakanlah mengambil secara acak agar data yang
diperoleh lebih baik. Serangga no.1 diamati , kemudian diberi tanda +.
Kemudian, serangga no.2 diambil dan diamati apakah sama jenisnya dengan
serangga no.1 atau tidak. Jika serangga no.2 berbeda dengan serangga no.1, beri
tanda + pada lembar kerja. Akan tetapi jika berbeda, beri tanda o pada lembar
kerja. Kemudian lakukanlah hal yang sama pada serangga no.3. Bandingkan dengan
serangga sebekumbya yaitu serangga no.2 apakah sama jenisnya atau berbeda. Jika
sama, beri tanda o, jika beda beri tanda +. Hal ini dilakukan pada serangga
no.4 dan seterusnya dengan melakukan perbandingan jenis dengan serangga
sebelumnya.
Setelah pengamatan sampel dan
perhitungan telah selesai, maka dilakukanlah perhitungan indeks keanekaragaman
serangga dengan menggunakan metode yang dikemukakan oleh Kennedy pada tahun
1977. Metode ini merupakan metode analisis yang mudah karena untuk mengetahui indeks
keanekaragaman suatu habitat atau suatu komunitas dilakukan tanpa harus
mengetahui nama masing-masing jenis hewan dan kelompok hewan, tetapi hanya
dengan memiliki kemampuan dalam menyatakan apakah kedua hewan tersebut sama
atau tidak, maka metode ini sudah bisa dilakukan. Metode ini mempunyai rumus
sebagai berikut:
Pada lokasi
I, indeks yang diperoleh adalah 0,75. Nilai ini diperoleh dari hasil pembagian
antara jumlah spesimen yang berbeda (+) dengan total jumlah spesimen serangga
pada lokasi I. Dimana jumlah spesimen adalah 85 dan jumlah tanda + adalah 64.
Jadi untuk memperoleh nilai indeks diversitas, 64 dibagi dengan 85 sehingga
dihasilkan nilai 0,75.
Sedangkan
pada lokasi II, indeks yang diperoleh adalah 0,66. Nilai ini diperoleh dari
hasil pembagian antara jumlah spesimen yang berbeda (+) dengan total jumlah
spesimen serangga pada lokasi II. Dimana jumlah spesimen pada lokasi II sangat
jauh lebih sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah spesimen pada lokasi I.
Jumlah spesimen serangga pada lokasi II adalah 9 dan jumlah tanda + adalah 6.
Jadi untuk memperoleh nilai indeks diversitas, 6 dibagi dengan 9 sehingga
dihasilkan nilai 0,66. Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai yang
diperoleh pada lokasi I. Hal ini disebabkan oleh jumlah serangga yang ditangkap
lebih sedikit ketimbang lokasi II karena penangkap kurang lincah ketika
menggunankan jaring serangga (sweeping net) dan juga serangga yang
terdapat pada lokasi II memang jumlahnya lebih sedikit.
Setelah
dilakukan analisis data pada laboratorium, diperoleh hasil bahwa keanekaragaman
pada lokasi I adalah 0,75 yang berada pada interval 0,75-1 yang artinya tingkat
keanekaragaman pada lokasi I tergolong tinggi. Sedangkan pada lokasi II, hasil
yang diperoleh adalah 0,66 yang berada pada interval 0,5-0,75 yang artinya
tingkat keanekaragan pada lokasi II tergolong sedang.
Hal ini
menunjukkan bahwa pada lokasi I, vegetasi tersedia dengan cukup yang
menyebabkan keragaman serangga lebih banyak dan terjadi hubungan didalam
ekosistem sehingga ekosistem lebih stabil pada lokasi I. Sedangkan pada lokasi
II, keanekaragaman sedang. Artinya, vegetasi yang ada pada lokasi tersebut
tidaklah berlimpah dan tidak juga kurang yakni berada di level yang
sedang-sedang saja sehingga keragaman serangga yang ada juga dalam level
sedang.
Jumlah dan jenis serangga akan semakin meningkat
pada komunitas yang memiliki kuantitas dan kualitas pakan yang sesuai dengan
kebutuhan serangga. Antara vegetasi dan serangga terjadi hubungan yang dapat
menstabilkan ekosistem padang rumput. Bila salah satu komponen terganggu maka
akan mempengaruhi keberadaan komponen lainnya. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi lebih stabil. Gangguan parah menyebabkan penurunan yang nyata dalam keragaman. Keragaman yang
besar mencirikan ketersediaan sejumlah besar diversitas pada
suatu ekosistem.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1.
Indeks keanekaragaman serangga yang
terdapat di padang rumput dengan menggunakan indeks Kennedy yaitu 0,75 pada lokasi I
(keanekaragaman tinggi) dan 0,66 pada lokasi II (Keanekaragaman sedang).
2. Teknik-teknik
sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dan cepat dalam memprediksi
keadaan suatu komunitas yang digunakan pada percobaan ini adalah metode
Kennedy, yaitu metode yang dilakukan
tanpa harus mengetahui nama tiap jenis hewan dan
kelompok hewan dengan rumus
V.2 Saran
Jaring serangga (sweeping net) disediakan dalam jumlah banyak agar
banyak serangga yang tertangkap dan metode analisis yang digunakan ditambah
lagi agar praktikan mengetahui cara menghitung indeks keanekaragaman serangga
dengan metode yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Mudianto., 2001. Keanekearagaman ekosistem. Cahaya Ilmu, Bandung.
Fajarwati, M. R., 2009. Keanekaragaman Serangga pada Bunga Tomat (Lycopersi conesculentum Mill.) di Lahan Pertanian Organik. http://search.proquest.com.
Diakses pada tanggal
9 April 2013 pukul 02.27
WITA.
Heddy, Suwasono., 1986. Pengantar Ekologi. CV Rajawali, Jakarta.
Kusmana, Cecep., 2008. Keanekaragaman Serangga
Tanah Dan Perannya Pada Komunitas Rhizophora Spp Di Taman Nasional Rawa Aopa
Watumohai, Sulawesi Tenggara. http://repository.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 10 April pukul 12.34 WITA.
Muqayimah, H. A., 2013. Indeks Keanekaragamaan Serangga di Padang Rumput. http://imma-kwacy.blogspot.com. Diakses pada tanggal 9 April 2013 pukul
23.46 WITA.
Oka, I.N., 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di indonesia. Universitas Gadja Mada Press, Yogyakarta.
Putra, N.S., 1994. Serangga di sekitar kita. Kanisius, Yogyakarta.
Surya, A.
B., 2012. Laporan Praktikum Indeks Keanekaragaman Serangga di
Padang Rumput.
http://uculuculkoin.blogspot.com. Diakses pada tanggal
10 April 2013 pukul 02.24 WITA.
Umar, M. R., 2013. Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar