GENETIKA
PERCOBAAN V
ALEL GANDA
NAMA : ANNISA NURUL ILMI
NIM
: H41112328
HARI/TANGGAL : KAMIS/ 28 MARET 2013
KELOMPOK
: I (SATU) B
ASISTEN
: PINKAN C.I. TUMANDUK
LABORATORIUM
GENETIKA JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar
belakang
Sebuah gen dapat memiliki lebih dari sebuah alel.
Alel-alelnya disebut alel ganda (multiple allele). Sedangkan
peristiwa dimana sebuah gen dapat menyebabkan inkompatibilitas, yaitu kegagalan
tanaman untuk fertilisasi setelah menyerbuk sendiri atau persilangan. Peristiwa
inkompatibilitas ini disebabkan alel pada tepung sari sama dengan alel pada sel
telur, sehingga tepung sari yang terdapat pada kepala putik tidak dapat
membentuk buluh tepung sari (Murniati,2010).
Namun, kenyataan yang sebenarnya
lebih umum dijumpai adalah bahwa pada suatu lokus tertentu dimungkinkan
munculnya lebih dari hanya dua macam alel, sehingga lokus tersebut dikatakan
memiliki sederetan alel.Fenomena semacam inilah yang disebut sebagai alel
ganda.Meskipun demikian, pada individu diploid, yaitu individu yang tiap
kromosomnya terdiri atas sepasang kromosom homolog, betapa pun banyaknya alel
yang ada pada suatu lokus, yang muncul hanyalah sepasang (dua buah) (Murniati,2010).
Pada tumbuhan, hewan dan manusia dikenal beberapa sifat
keturunan yang ditentukan oleh suatu seri alel ganda.Golongan darah ABO yang
ditemukan oleh Landsteiner pada tahun 1900 dan faktor Rh yang ditemukan oleh
Landsteiner bersama Weiner pada tahun 1942 juga ditentukan alel ganda.Untuk
golongan darah tipe ABO misalnya, dkanal alel ganda IAIB dan
I, harus dipahami tentang pengertian tentang antigen, zat anti (antibodi) dan
aglutinasi (Siti, 2011).
Mengetahui alel yang merupakan unit struktur utama yang pada
akhirnya mampu menciptakan individu baru dari hasil persilangan merupakan hal
yang penting.Dengan melakukan percobaan mengenai Alel Ganda, pemahaman tentang
pewarisan sifat terutama mengenai alel ganda dalam penggolongan darah dapat
dipahami.
I.2
Tujuan percobaan
Adapun tujuan dari percobaan mengenai alel ganda yakni
sebagai berikut.
1.
Menetapkan
golongan darah masing-masing individu dalam populasi kelas.
2.
Memahami pola
pewarisan alel ganda, khususnya golongan darah manusia.
3.
Menghitung
frekuensi alel IA, IB, dan I dalam populasi kelas.
I.3 Waktu dan tempat percobaan
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 28 Maret
2013 pukul 14.30 – 17.30 WITA bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Bila seseorang mengatakan kata alel, yang terbayang dibenak
kita adalah sepasang gen yang terdiri dari dua anggota yang masing-masing
terletak pada lokus (tempat) yang sama dalam pasangan kromosom yang homolog
(Siti, 2011). Sampai pembicaraan sejauh ini kita beranggapan bahwa
suatu lokus dalam sebuah kromosom itu hanya ditempati oleh salah satu dari
sepasang alel saja. Apabila sebuah lokus dalam sebuah kromosom ditempati oleh
beberapa atau suatu seri alel maka alel-alel demikian disebut alel ganda (dalam
bahasa inggris: “multiple alleles”). Peristiwanya dinamakan multiple allelmorfi
(Suryo, 1984).
Belum banyak yang mengetahui bahwa dalam alel itu ada yang
disebut sebagai alel ganda beserta contoh dan komponen-komponen yang terdapat
didalamnya.Contoh sederhananya adalah darah yang memberikan peranan amat
penting untuk kehidupan suatu organisme.Masyarakat luas sudah tidak asing lagi
dengan kata golongan darah atau transfusi darah atau bahkan tak heran dengan
berbagai variasi warna bulu pada kelinci. Namun pengetahuan mereka hanya
sebatas itu tanpa mengetahui apa hubungannya dengan alel ganda yang terdapat
pada gen. Alel ganda bukan hanya sebatas ada pada manusia melainkan pada hewan
dan tumbuhan pun alel ganda itu ada. Tetapi ada perbedaan antara alel ganda
pada manusia, hewan, dan tumbuhan (Siti, 2011).
Gen ganda adalah suatu seri gen yang menentukan pewarisan
secara kuantitatif. Beberapa sifat pada manusia, hewan maupun tumbuhan
seringkali ditentukan oleh adanya gen ganda. Misalnya,tinggi badan manusia,
pigmentasi kulit,panjang tongkol jagung dan sebagainya (Anonim, 2012).
Karena pada suatu
organisme jumlah gen jauh lebih besar daripada jumlah kromosom, maka tiap
kromosom harus mengandung banyak gen. tempat pada kromosom dimana terdapat
suatu gen tertentu disebut lokus. Kedua alela yang mengontrol suatu sifat
tertentu, terletak pada lokus yang sama pada masing-masing kromosom yang homolog.
Untuk memperagakan kebenaran teori kromosom, kita harus mampu menghubungkan ada
atau tidak adanya suatu sifat tertentu dengan ada atau tidaknya suatu kromosom
tertentu didalam sel-sel organisme itu. Tetapi menurut teori kromosom, kedua
alela yang mengontrol pemunculan suatu sifat tertentu itu, terletak di lokus
yang sama pada dua kromosom yang homolog. Kromosom yang homolog, secara visual
tidak dapat dibedakan satu sama lain. Dengan demikian dengan mengamati satu
anggota dari pasangan itu tidaklah mungkin untuk menyatakan apakah kromosom
tersebut mengandung alela tertentu atau tidak (Kimball, 1983).
Alel dapat menunjukkan derajat dominansi dan keresesifan
yang berbeda-beda satu sama lain. Dalam persilangan ercis Mendel, keturunan F1
selalu terlihat seperti salah satu dari kedua varietas induk sebab salah satu
alel dalam satu alel tersebut menunjukkan dominani sempurna terhadap alel yang
satu lagi. Dalam situasi semacam itu, fenotip heterozigot dan homozigot dominan
tidak dapat dibedakan (Campbell, dkk., 2010).
Variasi lain pada hubungan dominansi diantara alel-alel
disebut kodominansi. Dalam variasi ini, kedua alel sama-sama mempengaruhi
fenotip dengan cara terpisah dan dapat dibedakan. Misalnya golongan darah MN
manusia ditentukan oleh alel-alel kodominan untuk dua molekul spesifik yang
terletak pada permukaan sel darah merah, molekul M dan N. satu lokus tunggal,
yang bisa mengandung dua variasi alel, menentukan fenotipe golongan darah ini.
Pada orang yang homozigot untuk alel N (NN) memiliki sel darah merah yang hanya
mengandung molekul N. akan tetapi molekul M maupun N terdapat pada sel-sel
darah merah orang yang heterozigot untuk alel M dan N (MN). Perhatikan bahwa
fenotipe MN bukan pertengahan antara fenotipe M dan N, yang membedakan
kodominansi dan dominansi tak sempurna.fenotipe M maupun N sama-sama
ditunjukkan oleh heterozigot, karena kedua molekul itu ada (Campbell, dkk., 2010).
Hanya ada dua alel untuk karakter-karakter ercis yang
dipelajari oleh Mendel, namun sebagian besar gen terdapat dalam dua bentuk alel
atau lebih. Golongan darah ABO pada manusia misalnya, ditentukan oleh tiga alel
dalam satu gen tunggal IA, IB, dan i. golongan darah
seseorang (fenotipe) mungkin salah satu dari empat tipe: A, AB, AB, atau O.
huruf-huruf ini mengacu pada dua karbohidrat-A dan B- yang bisa ditemukan
dipermukaan sel darah merah. Sel darah seseorang mungkin memiliki karbohidrat A
(golongan darah A), karbohidrat B (golongan darah B), keduanya (golongan darah
AB), atau tidak keduanya (golongan darah O) (Campbell, dkk., 2010).
Pada tahun 1900 K. Landsteiner menemukan lokus ABO pada
manusia yang terdiri atas tiga buah alel, yaitu IA, IB, dan i. Dalam keadaan
heterozigot IA dan IB bersifat kodominan, sedang i merupakan alel resesif Golongan darah ABO
diatur oleh dua gen (alel) isoaglutinogen yang berinteraksi satu sama lain.
Golongan darah yang dapat diperiksa merupakan fenotipe, sedangkan dua alel yang
mengaturnya adalah genotip.Antigen A dan B bersifat kodominan, artinya
keberadaan kedua antigen tersebut sama-sama bersifat dominan terhadap tidak
adanya antigen (O). Golongan darah A mungkin memiliki genotip AA atau AO. Demikian
juga B, mungkin memiliki genotipe BB atau BO.Sedangkan O pasti memiliki
genotipe OO dan AB memiliki genotipe AB (Anonim, 2012).
Telah diketahui bahwa
golongan darah seseorang ditetapkan berdasarkan macamnya antigen dalam
eritrosit yang dimilikinya. Orang yang
mampu membentuk antigen-A memiliki alel IA dalam kromosom, yang
mampu membentuk antigen-B memiliki alel IB, yang memiliki alel IA
dan IBdapat
membentuk antigen-A dan antigen-B, sedangkan yang tidak mampu membentuk antigen
sama sekali memiliki alel resesif I. interaksi antara alel-alel IA,
IB dan I menyebabkan terjadinya 4 fenotip golongan darah A, B, AB,
dan O (Suryo, 1984)
Lokus ABO mengatur tipe glikolipid pada permukaan eritrosit dengan cara memberikan spesifikasi jenis enzim yang mengatalisis pembentukan polisakarida di dalam eritrosit tersebut. Glikolipid yang dihasilkan akan menjadi penentu karakteristik reaksi antigenik tehadap antibodi yang terdapat di dalam serum darah. Antibodi adalah zat penangkal terhadap berbagai zat asing (antigen) dan zat-zat yang tidak diinginkan lainnya yang masukkedalam tubuh (Anonim,2012).
Dalam tubuh seseorang tidak mungkin terjadi reaksi antara antigen dan antibodi yang dimilikinya sendiri (Anonim, 2012).Karl Landsteener dalam penelitiannya menemukan adanya dua antibodi ialamiah disalam darah dan dua antigen pada permukaan eritrosit.Inilah penyebab terjadinya penggumpalan (aglutinasi) sel-sel darah merah (eritrosit) dari beberapa individu apabila dicampur dengan serum dari beberapa orang. Antigen dan antibody dalam golongan darah tersebut adalah (Agus dan Sjafaraenan, 2013)
Lokus ABO mengatur tipe glikolipid pada permukaan eritrosit dengan cara memberikan spesifikasi jenis enzim yang mengatalisis pembentukan polisakarida di dalam eritrosit tersebut. Glikolipid yang dihasilkan akan menjadi penentu karakteristik reaksi antigenik tehadap antibodi yang terdapat di dalam serum darah. Antibodi adalah zat penangkal terhadap berbagai zat asing (antigen) dan zat-zat yang tidak diinginkan lainnya yang masukkedalam tubuh (Anonim,2012).
Dalam tubuh seseorang tidak mungkin terjadi reaksi antara antigen dan antibodi yang dimilikinya sendiri (Anonim, 2012).Karl Landsteener dalam penelitiannya menemukan adanya dua antibodi ialamiah disalam darah dan dua antigen pada permukaan eritrosit.Inilah penyebab terjadinya penggumpalan (aglutinasi) sel-sel darah merah (eritrosit) dari beberapa individu apabila dicampur dengan serum dari beberapa orang. Antigen dan antibody dalam golongan darah tersebut adalah (Agus dan Sjafaraenan, 2013)
Golongan darah
(fenotip)
|
Antigen dalam
Eritrosit
|
Antibodi dalam
Serum
|
A
|
A
|
Anti-B
|
B
|
B
|
Anti-A
|
AB
|
A dan B
|
-
|
O
|
-
|
Anti-A dan anti-B
|
:
Namun, pada transfusi darah
kemungkinan terjadinya reaksi antigen-antibodi yang mengakibatkan terjadinya
aglutinasi (penggumpalan) eritrosit tersebut sangat perlu untuk diperhatikan
agar aglutinasi dapat dihindari.Golongan
darah diturunkan dengan persilangan genetik Mendel. Peluang golongan darah anak
dilihat dari golongan darah kedua orangtuanya dapat dilihat pada tabel berikut
(Utomo, 2009)..
Golongan darah orang tua
|
Golongan darah anak
|
||||
Ortu I
|
Ortu II
|
O
|
A
|
B
|
AB
|
O
|
O
|
+
|
-
|
-
|
-
|
O
|
A
|
+
|
+
|
-
|
-
|
O
|
B
|
+
|
-
|
+
|
-
|
O
|
AB
|
-
|
+
|
+
|
-
|
A
|
A
|
+
|
+
|
-
|
-
|
A
|
B
|
+
|
+
|
+
|
+
|
A
|
AB
|
-
|
+
|
+
|
+
|
B
|
B
|
+
|
-
|
+
|
-
|
B
|
AB
|
-
|
+
|
+
|
+
|
AB
|
AB
|
-
|
+
|
+
|
+
|
Dari tabel di atas terlihat bahwa orang
tua AB tidak mungkin memiliki anak dengan golongan darah O.
Seperti halnya dengan
golongan darah A, B, AB, dan O, maka fakor Rh mempunyai arti penting dalam
klinik. Dalam keadaan normal, serum dan plasma darah orang tidak mengandung
anti-Rh. Akan tetapi orang dapat distimulir (dipacu) untuk membentuk anti-Rh,
yaitu dengan jalan transfusi darah.Sebelum melakukan transfusi darah alangkah
baiknya kecuali memeriksa golongan ABO, juga memperhitungkan peranan faktor Rh
(Suryo, 1984).
Fenotipe golongan darah Rh diatur
oleh tiga pasang gen, yang diberi kode C/c, D/d, dan E/e. Gen yang berperan
adalah kode D/d. Hanya genotipe d/d yang memberikan fenotipe Rh negatif,
sedangkan genotipe D/D dan D/d memberikan fenotipe Rh positif. Faktor Rh juga
diturunkan lewat persilangan genetik Mendel.Dua orang tua dengan Rh positif
heterozigot mungkin memiliki anak dengan Rh negatif.Sedangkan wanita Rh negatif
dapat memiliki anak Rh positif dengan pria Rh positif homozigot (Siti, 2011).
Memang
golongan darah ABO, baik itu Rh (+) maupun Rh (-), umumnya terdistribusi dengan
golongan darah O paling dominan, diikuti golongan darah A, B, dan terakhir
golongan darah AB paling tidak umum. Namun distribusi ini bervariasi jika
ditinjau antarbangsa.Di kalangan orang Asia dan Afrika golongan arah Rh (-)
sangat tidak umum (kurang dari 1%), sedangkan pada bangsa Basque (di Spanyol
dan Prancis) populasi dengan Rh (-) mencapai 35%.Bangsa Eropa lain rata-rata
memiliki populasi Rh (-) 15%. Di Turki dan Norwegia golongan darah A lebih
banyak daripada O (Siti, 2011).
Setelah
diketahui adanya inkompatibilitas mengenai faktor Rh yang dapat menimbulkan
bahaya pada bayi, maka para ahli mulai menaruh perhatian dengan melakukan
penyelidikan inkompabilitas dalam berbagai tipe golongan darah (Suryo, 1984).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat
yang digunakan dalam percobaan ini adalah lancet, autoclick, pipet, objek gelas
dan pinset.
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini berupa
kapas beralkohol, darah masing-masing sebanyak dua tetes dan serum anti-A dan
anti-B.
III.3 Prosedur kerja
Prosedur kerja pada percobaan ini adalah sebagai
berikut:
1.
Membersihkan
salah satu jari tangan yang akan diambil darahnya dengan kapas yang terlah
diberi alkohol.
2.
Menusuk
salah satu jari tangan dengan autoclick yang telah terisi jarum.
3.
Meneteskan
darah sebanyak 2 tetes di atas objek gelas.
4.
Meneteskan
serum anti-A di tetesan darah pertama dan serum anti-B di tetesan darah kedua.
5.
Mengaduk
serum dan tetesan darah dengan pinset hingga tercampur.
6.
Mengamati
perubahan apakah terjadi penggumpalan darah atau tidak.
7.
Mencatat
hasil golongan darah di tabel data kelas.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Tabel golongan darah peserta laboratorium genetika
biologi B.
No
|
Nama
|
Anti-A
|
Anti-B
|
Golongan darah
|
|||
A
|
B
|
AB
|
O
|
||||
1
|
Suci Alfiah
|
-
|
-
|
|
|
|
ü
|
2
|
Nurrahma
|
-
|
-
|
|
|
|
ü
|
3
|
Ira Rabiah
|
-
|
-
|
|
|
ü
|
|
4
|
Selviani
|
-
|
+
|
|
ü
|
|
|
5
|
Nur Sakinah
|
-
|
+
|
|
ü
|
|
|
6
|
Rita Tosang
|
-
|
-
|
|
|
|
ü
|
7
|
Purnama Sari
|
-
|
-
|
|
|
|
ü
|
8
|
Sri Nur Rahmi Nur R.
|
+
|
-
|
ü
|
|
|
|
9
|
Nurul Elviani Paweli
|
-
|
+
|
|
ü
|
|
|
10
|
Risky Nurhikmayani
|
-
|
+
|
|
ü
|
|
|
11
|
Jum Eka Rahayu
|
-
|
-
|
|
|
|
ü
|
12
|
Reski Mandasari
|
-
|
-
|
|
|
|
ü
|
13
|
Annisa Nurul Ilmi
|
-
|
+
|
|
ü
|
|
|
14
|
Nurfaidah
|
-
|
+
|
|
ü
|
|
|
15
|
Wa Ode Umrawati
|
-
|
-
|
|
|
|
ü
|
16
|
Indo Ternri Ampa
|
-
|
+
|
|
ü
|
|
|
17
|
Akbar Yuanda
|
+
|
-
|
ü
|
|
|
|
18
|
Nursehang
|
+
|
+
|
|
|
ü
|
|
19
|
Nurlina
|
-
|
+
|
|
ü
|
|
|
20
|
A.Ida Widyasari
|
+
|
-
|
ü
|
|
|
|
21
|
Suci Muslimah
|
-
|
-
|
|
|
|
ü
|
22
|
Rusli
|
-
|
+
|
|
ü
|
|
|
23
|
Sri Ervina A.
|
-
|
-
|
|
|
|
ü
|
24
|
Lilis Dya Ningsih
|
-
|
-
|
|
|
|
ü
|
25
|
Daud
|
+
|
-
|
ü
|
|
|
|
26
|
Vini Prisilia Bombang
|
-
|
-
|
|
|
|
ü
|
27
|
Susi Wijayanti
|
+
|
-
|
ü
|
|
|
|
28
|
Ade Ayu S.
|
+
|
+
|
|
|
ü
|
|
29
|
Lili Nurendah
|
-
|
-
|
|
|
|
ü
|
30
|
Jumrawati
|
-
|
-
|
|
|
|
ü
|
31
|
Nur Indah Hasanah H.
|
+
|
-
|
ü
|
|
|
|
32
|
Andre
|
+
|
-
|
ü
|
|
|
|
33
|
Sadli Sastrawan
|
-
|
+
|
|
ü
|
|
|
34
|
Novi Lamban
|
-
|
+
|
|
ü
|
|
|
35
|
Santi Sangaji
|
-
|
-
|
|
|
|
ü
|
36
|
Asriani Sahrina
|
+
|
-
|
ü
|
|
|
|
37
|
Mila Karmila
|
-
|
+
|
|
ü
|
|
|
38
|
A.Iin Fadliah
|
-
|
+
|
|
ü
|
|
|
39
|
Lukman S.
|
+
|
+
|
|
|
ü
|
|
40
|
Fildzah A.
|
-
|
-
|
|
|
|
ü
|
41
|
Rahmat Nugraha
|
-
|
+
|
|
ü
|
|
|
42
|
Wahyuni
|
-
|
-
|
|
|
|
ü
|
43
|
Firman Syahputra
|
+
|
-
|
ü
|
|
|
|
44
|
A.Rismayani
|
-
|
+
|
|
ü
|
|
|
45
|
Nindi Ekawati
|
+
|
-
|
ü
|
|
|
|
46
|
Rosiyantuti
|
+
|
-
|
ü
|
|
|
|
47
|
Ahmad Soleh
|
-
|
+
|
|
ü
|
|
|
Jumlah
|
11
|
16
|
4
|
16
|
IV.2 Analisis
Data
Frekuensi alel IA,
IB, i berdasarkan rumus Hardy-Weinberg :
(p+q+r)2 = 1
(P2+2pq+q2+2qr+2pr+r2)=1
Diketahui orang yang
bergolongan darah O = 16
orang yang bergolongan darah A = 11
orang yang bergolongan darah B = 16
orang yang bergolongan darah AB = 4
ditanyakan a. Frekuensi
alel IA, IB, i
b.
persentasi genotipe darah
a. frekuensi alel IA,
IB, i
1. frekuensi alel i
r2 = frekuensi golongan darah O
r2 = 16/47
r2 = 0,34
r
= √0,34
r =
0,58
Jadi frekuensi alel i
adalah 0,58
2. frekuensi
alel IA
(p+r)2 = frekuensi
golongan darah A + frekuensi golongan darah B
(p + r)2 = 11+16/47
(p + r)2 = 0,57
(p + r) = √0,57
(p + r) = 0,75
p
= 0,75 – 0,58
p
= 0,17
Jadi frekuensi alel IA adalah
0,17
3. frekuensi
alel IB
p + q + r = 1
q = 1 – (p + r)
q = 1
̶ (0,17 + 0,58)
q = 1 ̶ 0,75
q = 0,25
Jadi frekuensi alel IB adalah
0,25,.
Frekuensi genotipe darah
1. untuk
alel IA = p2
= (0,17)2
=
0,0289
2. untuk
alel IB = q2
= (0,25)2
=
0,0625 b
B. Persentasi genotipe darah
Berdasarkan
hukum Hardy-waeinberg :
P2IAIA + 2prIAi
+ q2IBIB + 2qrIBi + 2pqIAIB
+ r2ii
Frekuensi golongan darah :
1. golongan
darah A homozigot (P2IAIA)
= 0,0289 x 47 = 2 orang
2. golongan
darah A heterozigot (2prIAi) = 2 x 0,17 x 0,54 x
47 = 9 orang
3. golongan
darah B homozigot (q2IBIB) = 0,0625 x 47
= 4 orang
4. golongan
darah heterozigot (2qrIBi)
= 2 x 0,25 x 0,54 x 47 = 12 orang
5. golongan
darah AB (2pqIAIB) = 2 x 0,17 x 0,25 x 47 = 4 orang
6. golongan
darah O (r2ii) = 0,34 x 47 =16 orang
jadi
persentasi golongan darah A, B, AB, dan O adalah :
1. persentasi golongan darah A homozigot = 2/47 x 100% =
4,5%
2. Persentasi golongan darah A heterozigot = 9/47
x 100% = 19 %
3. Persentasi
golongan darah B homozigot = 4/47 x
100% = 8,5%
4. Persentasi
golongan darah \B heterozigot = 12/47
x100% = 25,5%
5. Persentasi
golongan darah AB = 4/47
x 100% = 8,5 %
6. Persentasi
golongan darah O =
16/47 x 100% = 34%
IV.3 Pembahasan
Percobaan kali ini bertujuan untuk
mengetahui genotip dan fenotip darah setiap praktikan. Golongan darah seseorang
ditentukan berdasarkan adanya antigen yang terdapat dalam tiap tipe darah. Pada
percobaan kali ini akan diteliti mengenai penggolongan darah sistem ABO. Jumlah
praktikan yang akan diambil sampel darahnya adalah 47 praktikan. Setelah di tes
golongan darah dengan bantuan serum anti-A, serum anti-B, lancet serta
autoclick maka didapatkan bahwa golongan darah O sebanyak 16 orang, darah A
sebanyak 11 orang, darah B sebanyak 16 orang dan darah AB hanya 4 orang saja.
Darah AB yang paling sedikit ditemui
dan darah O dan B yang banyak ditemui pada pengambilan sampel darah kali ini.
Percobaan ini bertujuan untuk menghitung frekuensi masing – masing alel dan
persentase genotip darah. Untuk menghitung frekuensi dan persentase, digunakan
rumus Hardy-Wenberg. Didapatkan hasil yaitu alel
IA = 0,17, alel IB = 0,25 dan i = 0,58. Sedangkan pada
perhitungan persentase didapatkan hasil yaitu Jadi,
persentase genotip darah untuk alel i = 34,042% , alel IA = 23,40%, alel
IB = 34,042%,dan alel IAIB = 8,513%.
Di
setiap negara, golongan darah seseorang yang paling paling banyak ditemui tidak
selalu sama jumlahnya tergantung etnis yang mendominasi. Namun secara umum, di seluruh
dunia darah golongan O+ paling banyak ditemukan sementara golongan AB- paling
jarang di temui diseluruh dunia di populasi manapun.
Berdasarkan faktor rhesusnya, golongan darah yang memiliki rhesus positif lebih banyak dibandingkan rhesus negatif, dengan perbandingan 85 persen dan 15 persen. Artinya golongan A+, B+, AB+ dan O+ secara umum lebih mudah ditemukan dibandingkan golongan darah dengan rhesus negatifnya..
Sementara dari semua jenis golongan darah yang dikenal, golongan darah O rhesus positif atau O+ adalah golongan darah paling banyak ditemukan yakni mencapai 35-40 persen dari populasi dunia. Golongan AB rhesus negatif atau AB- paling jarang ditemukan, hanya sekitar 0,45 persen dari populasi.
Tidak diketahui pasti apa sebabnya, namun masing-masing golongan darah memiliki dominasi sendiri di wilayah tertentu. AB adalah golongan darah yang paling jarang dimiliki di seluruh dunia, namun paling banyak ditemukan di Jepang, Korea dan beberapa wilayah di China. Di beberapa tempat tersebut, perbandingan jumlahnya tak lebih dari 10 persen dari populasi. Mungkin saja golongan darah O banyak ditemukan karena adanya kodominansi pada golongan darah.
Berdasarkan faktor rhesusnya, golongan darah yang memiliki rhesus positif lebih banyak dibandingkan rhesus negatif, dengan perbandingan 85 persen dan 15 persen. Artinya golongan A+, B+, AB+ dan O+ secara umum lebih mudah ditemukan dibandingkan golongan darah dengan rhesus negatifnya..
Sementara dari semua jenis golongan darah yang dikenal, golongan darah O rhesus positif atau O+ adalah golongan darah paling banyak ditemukan yakni mencapai 35-40 persen dari populasi dunia. Golongan AB rhesus negatif atau AB- paling jarang ditemukan, hanya sekitar 0,45 persen dari populasi.
Tidak diketahui pasti apa sebabnya, namun masing-masing golongan darah memiliki dominasi sendiri di wilayah tertentu. AB adalah golongan darah yang paling jarang dimiliki di seluruh dunia, namun paling banyak ditemukan di Jepang, Korea dan beberapa wilayah di China. Di beberapa tempat tersebut, perbandingan jumlahnya tak lebih dari 10 persen dari populasi. Mungkin saja golongan darah O banyak ditemukan karena adanya kodominansi pada golongan darah.
Pada darah, setiap fenotip memiliki alel ganda
didalamnya. Misalnya saja pada golongan darah A yang memiliki dua kemungkinan
alel yaitu IAIA dan IAi dan golongan darah B
juga memiliki dua kemungkinan alel yaitu yaitu IBIB dan IBi.
Golongan darah O memiliki genotip ii. Sehingga pada saat terjadi randomisasi
(perkawinan acak) pada suatu populasi, golongan darah O lah yang paling banyak
karena pada empat golongan darah yang ada yaitu A,B,AB,O, mengandung alel I
kecuali pada golongan darah AB yang mengandung alel IAIB
dan sangat jarang ditemui karena pada saat terjadi randomisasi, banyak terjadi
kodominansi sehingga pewarisan alel IAIB ini sangat
jarang ditemui.
Hal
ini bisa kita lihat pada saat praktikum alel ganda ini. Praktikan dengan
golongan darah O memiliki jumlah terbanyak yaitu 16 dan yang paling sedikit
adalah golongan darah AB. Perkawinan antara seseorang bergolongan darah O
dengan golongan darah A atau B tidak mungkin menghasilkan anak dengan golongan
darah AB. Anak dengan golongan darah AB hanya bisa dihasilkan dari pernikahan
orang tua yang memiliki golongan darah A dan B. Itulah yang menjadi alasan mengapa
orang yang bergolongan darah AB sangat jarang ditemui.
BAB
V
PENUTUP
V.1
Kesimpulan
Kesimpulan dari
percobaan mengenai alel ganda adalah sebagai berikut.
1. Ternyata golongan darah dalam populasi kelas
Biologi B yaitu golongan darah A adalah 11 orang, bergolongan darah B 16 orang,
bergolongan darah AB 4 orang, dan yang bergolongan darah B berjumlah 16 orang.
2. Golongan darah pada manusia ditentukan
oleh alel ganda dimana gen yang menentukan golongan darah disebut
gen I (isoaglutinin), sedangkan alel-alelnya ialah i, IA, dan IB.
Alel i adalah resesif. Sedangkan alel IA dan IB merupakan
alel kodominan, sehingga IA tidak dominan terhadap IB,
begitupun sebaliknya IB tidak dominan terhadap IA dan
alel IA dan IB tidak ada yang resesif maupun dominan
sehingga membentuk golongan darah AB.
3. Pada kelas Biologi B didapatkan hasil frekuensi alel yaitu alel IA = 0,174, alel IB =
0,243 dan i = 0,583.
V.2
Saran
Sebaiknya
serum dan pinset disediakan dalam jumlah yang banyak agar praktikum cepat
selesai.
DAFTAR
PUSTAKA
Agus, Rosana dan Sjafraenan, 2013. Penuntun Praktikum Genetika Dasar. Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Anonim, 2012. Alel Kodominan Pada Golongan Darah. http://biocyber.blogspot.com. Diakses pada tanggal 29 Maret 2013 pukul
11.00 WITA.
Campbell, N.A., Reece, J.B.,
Mitchell, L.G., 2010. Biologi Edisi
Kedelapan Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Kimball,
J.W., Tjitrosomo, S.S., Sugiri, N., 1983.Biologi Jilid 1 Edisi Kelima.Erlangga.
Jakarta.
Murniati, Anggraini, 2010. Penuntun
praktikum alel ganda laboratorium genetika. http://biologiUNRI.ac.id. Diakses pada tanggal 29
Maret 2013 pukul 11.35 WITA.
Suryo, H. 1984.Genetika
Manusia. Gadja Mada University Press. Yogyakarta.
Siti, Annisa, 2011. Faktor
penentu penggolongan darah. http://Sitianiezha.blogspot.com. Diakses pada tanggal 29
Maret 2013 pukul 11.20 WITA.
Utomo,
Salim. 2009.Penentuan penggolongan darah pada manusia. http://biologizone.blogspot.com. Diakses pada tanggal 29 Maret 2013 pukul
17.50 WITA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar