BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar
Belakang
Komunitas dari suatu ekosistem memiliki ciri-ciri tertentu.
Salah satu karakternya adalah keragaman jenis organisme yang menjadi
penyusunnya. Namun keragaman komunitas suatu ekosistem dinyatakan tidak hanya
cukup menyebut jenis organisme kecuali dilengkapi dengan informasi
tentang banyaknya individu setiap populasi atau jenis organisme yang menjadi
penyusunnya Komposisi atau karakteristik keragaman ditentukan oleh banyaknya
species organisme dan perbandingan jumlah individu seluruh spesies.
Keragaman komunitas biasanya ditentukan dengan menghitung
indeks kergaman sebagaimana yang dirumuskan oleh Sompson. Indeks keragaman
populasi makin tinggi jika jumlah species organisme makin banyak dan kelimpahan
proporsional species dari setiap species makin besar. Tumbuhan dan hewan dari
berbagai jenis yang hidup secara alami di suatu tempat membentuk suatu kumpulan
yang di dalamnya setiap individu menemukan lingkungan yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dalam kumpulan ini terdapat pula kerukunan untuk hidup
bersama serta hubungan timbal balik yang menguntungkan sehingga dalam kerukunan
ini tercipta suatu derajat keterpaduan
Berdasarkan hal tersebut di atas sehingga praktikum ini
dilaksanakan sebagai salah satu alternatif untuk dapat mengetahui keragaman
suatu ekosistem tertentu, yang mana dalam hal ini digunakan metode sampling
pada lahan canopy Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin
Makassar untuk melihat keragaman komunitas suatu spesies.
I.2 Tujuan percobaan
Adapun tujuan dari
percobaan ini yaitu:
1.
Menggunakan
model untuk meneliti bagaimana suatu populasi dapat tumbuh.
2.
Mempelajari
suatu komunitas dan mengumpulkan data sebanyak mungkin selama waktu dan
kesempatan yang memungkinkan kemudian memeriksa hubungan antara masing-masing
spesies agar dapat diperkirakan urutan mana yang paling penting untuk
mengetahui struktur komunitas itu.
I.3 Waktu dan tempat percobaan
Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Senin, 15 oktober 2012 pukul 14.00 – 18.00 WITA
bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah ekologi berasal dari
kata dalam bahasa Yunani yaitu oikos dan logos. Istilah ini mula-mula
diperkenalkan oleh Ernst Haeckel pada tahun 1869. Tetapi jauh sebelumya, studi
dalam bidang-bidang yang sekarang termasuk dalam ruang lingkup ekologi telah
dilakukan oleh para pakar.(Sofa, 2008). Pembahasan ekologi tidak lepas
dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor
abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembapan, cahaya,
dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari
manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan
tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan
ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan
kesatuan.
A. Faktor
Biotik
Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk
hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan
sebagai produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan
sebagai dekomposer (Anonim, 2000). Faktor biotik juga meliputi
tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi individu, populasi, komunitas,
ekosistem, dan biosfer. Tingkatan-tingkatan organisme makhluk hidup tersebut
dalam ekosistem akan saling berinteraksi, saling mempengaruhi membentuk suatu
sistem yang menunjukkan kesatuan
1. Individu
Individu merupakan organisme tunggal seperti : seekor tikus, seekor kucing, sebatang pohon jambu, sebatang pohon kelapa, dan seorang manusia. Dalam mempertahankan hidup, setiap jenis makhluk hidup dihadapkan pada masalah-masalah hidup yang kritis. Misalnya, seekor hewan harus mendapatkan makanan, mempertahankan diri terhadap musuh alaminya, serta memelihara anaknya.
Individu merupakan organisme tunggal seperti : seekor tikus, seekor kucing, sebatang pohon jambu, sebatang pohon kelapa, dan seorang manusia. Dalam mempertahankan hidup, setiap jenis makhluk hidup dihadapkan pada masalah-masalah hidup yang kritis. Misalnya, seekor hewan harus mendapatkan makanan, mempertahankan diri terhadap musuh alaminya, serta memelihara anaknya.
2. Populasi
Populasi adalah sekelompok mahkluk hidup dengan spesies yang sama,
yang hidup di suatu wilayah yang sama dalam kurun waktu yang sama pula.
Misalnya semua rusa di Isle Royale membentuk suatu populasi, begitu juga dengan
pohon-pohon cemara. Ahli ekologi memastikan dan menganalisa jumlah dan pertumbuhan
dari populasi serta hubungan antara masing-masing spesies dan kondisi-kondisi
lingkungan.
3. Komunitas
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi.
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi.
Dalam komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas
dan antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya.
4. Ekosistem
Antara komunitas dan lingkungannya selalu terjadi interaksi. Interaksi ini menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem. Komponen penyusun ekosistem adalah produsen (tumbuhan hijau), konsumen (herbivora, karnivora, dan omnivora), dan dekomposer/pengurai (mikroorganisme)
Antara komunitas dan lingkungannya selalu terjadi interaksi. Interaksi ini menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem. Komponen penyusun ekosistem adalah produsen (tumbuhan hijau), konsumen (herbivora, karnivora, dan omnivora), dan dekomposer/pengurai (mikroorganisme)
B. FaktorAbiotik
Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor fisik utama yang mempengaruhi ekosistem adalah sebagai berikut :
Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor fisik utama yang mempengaruhi ekosistem adalah sebagai berikut :
1. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu.
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu.
2. Sinar matahari
Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis.
Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis.
3. Air
Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi hewan dan manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup lain, misalnya transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk.
Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi hewan dan manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup lain, misalnya transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk.
4. Tanah
Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan
Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan
5. Ketinggian
Ketinggian tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat tersebut, karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda.
Ketinggian tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat tersebut, karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda.
6. Angin
Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam penyebaran biji tumbuhan tertentu.
Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam penyebaran biji tumbuhan tertentu.
7. Garis lintang
Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan bumi. Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja.
Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan bumi. Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja.
Interaksi antarkomponen ekologi dapatmerupakan interaksi
antarorganisme,antarpopulasi, dan antarkomunitas.
8. Kelembaban
merupakan salah satu komponen abiotik di udara dan tanah. Kelembaban diperlukan
oleh makhluk hidup agar tubuhnya tidak cepat kering Karena penguapan.
Kelembaban yang diperlukan setiap makhluk hidup berbeda-beda. Sebagai contoh,
jamur dan cacing memerlukan habitat yang sangat lembab.
Fungsi
organisme dalam ekosistem dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu produsen,
konsumen, dekomposer, dan detrivora.
1. Produsen, yaitu organisme
yang dapat menyusun senyawa organik sendiri dengan menggunakan bahan senyawa
anorganik yang berfungsi untuk menyediakan makanannya sendiri. Kelompok
produsen meliputi tumbuhan,dan ganggang.
2. Konsumen, yaitu organisme
yang memanfaatkan bahan organik dari makhluk hidup lain sebagai sumber
makanannya. Berdasarkan asal bahan organiknya konsumen dibedakan menjadi
herbivora, karnivova, dan omnivora. Herbivora merupakan konsumen pemakan
tumbuhan, contohnya kambing dan sapi. Karnivora merupakan konsumen pemakan
hewan (daging), contohnya singa. Sedangkan omnivora adalah konsumen pemakan
tumbuhan dan daging, contohnya tikus dan manusia.
3. Dentrivora, yaitu organisme
pemakan partikel – partikel organik atau detrifus. Contohnya cacing tanah,
lipan, siput.
4. Dekomposer, yaitu organisme
yang bertugas mengubah partikel-partikel organik menjadi partikel
anorganik. Contohnya jamur dan bakteri.
C. Macam-macam interaksi
Dalam
ekosistem selalu terjadi bentuk-bentuk hubungan antara individu dalam satu
spesies maupun lain spesies atau bentuk hubungan antarpopulasi dalam komunitas,
maupun interaksi antara komponen biotik dan abiotik. Baik hubungan
yang saling menguntngkan atau ada yang dirugikan.
1. Interaksi
antar populasi
a. Parasitisme,
yaitu bentuk interaksi dimana satu organisme diuntungkan, sedangkan organisme
yang satunya dirugikan. Pada hubungan ini, satu organisme akan mengeksploitasi
organisme lainnya. Organisme yang di tempati parasit disebut inang atau hospes.
Berdasarkan tempat hidup parasit pada inang dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
endoparasit dan ektoparasit. Endoparasit adalah parasit yang hidup dalam tubuh
inang sedangkan ektoparasit adalah parasit yang hidup di luar tubuh inangnya.
Berdasarkan kebutuhan makanannya interaksi parasitisme dibedakan menjadi semi
parasit dan parasit obligat. Semi parasit adalah parasit yang mengambil makanan
masih dalam bentuk anorganik dari tubuh inangnya, sedangkan parasit obligat
adalah parasit yang menyerap bahan organik secara langsung dari inangnya.
b. Komensalisme
merupakan interaksi dimana organisme yang satu diuntungkan dan organisme yang
lain tidak terpengaruh secara berarti. Contohnya hubungan antara penyu atau
ikan hiu dengan ikan remora. Ikan remora mendapat sisa-sisa makanan dari hiu
atau penyu.
c. Mutualisme,
yaitu interaksi dimana kedua organisme yang bersangkutan saling mendapatkan
keuntungan. Contohnya adalah kupu-kupu dan tumbuhan berbunga, kupu-kupu
mendapatkan makanan dari tumbuhan berbunga, sedangkan tumbuhan bunga dibantu
dalam proses penyerbukannya.
d. Predasi,
merupakan hubungan antara pemangsa dan mangsanya. Spesies pemangsa (predator)
biasanya lebih besar daripada mangsanya. Hubungan ini sangat kuat karena jika
tidak ada mangsa maka pemangsa tidak dapat hidup tetapi jika tidak ada
pemangsa,mangsa akan mengalami ledakan populasi.
e. Kompetisi
(persaingan), hubungan ini terjadi karena organisme selalu memerlukan makanan
dan ruang untuk melangsungkan hidupnya. Jika organisme mempunyai habitat yang
sama maka akan terjadi kompetisi.
f. Sosial,
hubungan ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari pada manusia yang saling
membantu dan menolong.
g. Netral,
hubungan antara individu maupun antara populasi dapat terjadi interaksi yang
tidak jelas terlihat, baik yang menguntungkan atau yang bersifat merugikan,
meskipun mereka ada dalam satu tempat. Contohnya pada kupu-kupu dan belalang
atau kambing dengan ayam.
2. Interaksi
Antarkomponen Biotik dengan Abiotik
Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubungan antara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus materi (Anonim, 2000). Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru
Adanya perubahan-perubahan pada populasi mendorong perubahan pada komunitas. Perubahan-perubahan yang terjadi menyebabkan ekosistem berubah. Perubahan ekosistem akan berakhir setelah terjadi keseimbangan ekosistem. Keadaan ini merupakan klimaks dari ekosistem. Apabila pada kondisi seimbang datang gangguan dari luar, kesimbangan ini dapat berubah, dan perubahan yang terjadi akan selalu mendorong terbentuknya keseimbangan baru. Rangkaian perubahan mulai dari ekosistem tanaman perintis sampai mencapai ekosistem klimaks disebut suksesi.
Suatu organisme hidup akan selalu membutuhkan organisme lain dan lingkungan hidupnya. Hubungan yang terjadi antara individu dengan lingkungannya sangat kompleks, bersifat saling mempengaruhi atau timbal balik. Hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan nonhayati membentuk sistem ekologi yang disebut ekosistem. Di dalam ekosistem terjadi rantai makanan, aliran energi, dan siklus biogeokimia. Rantai makanan adalah pengalihan energi dari sumbernya dalam tumbuhan melalui sederetan organisme yang makan dan yang dimakan.
Para ilmuwan ekologi mengenal tiga macam rantai pokok, yaitu rantai pemangsa, rantai parasit, dan rantai saprofit.
Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubungan antara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus materi (Anonim, 2000). Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru
Adanya perubahan-perubahan pada populasi mendorong perubahan pada komunitas. Perubahan-perubahan yang terjadi menyebabkan ekosistem berubah. Perubahan ekosistem akan berakhir setelah terjadi keseimbangan ekosistem. Keadaan ini merupakan klimaks dari ekosistem. Apabila pada kondisi seimbang datang gangguan dari luar, kesimbangan ini dapat berubah, dan perubahan yang terjadi akan selalu mendorong terbentuknya keseimbangan baru. Rangkaian perubahan mulai dari ekosistem tanaman perintis sampai mencapai ekosistem klimaks disebut suksesi.
Suatu organisme hidup akan selalu membutuhkan organisme lain dan lingkungan hidupnya. Hubungan yang terjadi antara individu dengan lingkungannya sangat kompleks, bersifat saling mempengaruhi atau timbal balik. Hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan nonhayati membentuk sistem ekologi yang disebut ekosistem. Di dalam ekosistem terjadi rantai makanan, aliran energi, dan siklus biogeokimia. Rantai makanan adalah pengalihan energi dari sumbernya dalam tumbuhan melalui sederetan organisme yang makan dan yang dimakan.
Para ilmuwan ekologi mengenal tiga macam rantai pokok, yaitu rantai pemangsa, rantai parasit, dan rantai saprofit.
1. Rantai Pemangsa
Rantai pemangsa landasan utamanya adalah tumbuhan hijau sebagai produsen. Rantai pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat herbivora sebagai konsumen I, dilanjutkan dengan hewan karnivora yang memangsa herbivora sebagai konsumen ke-2 dan berakhir pada hewan pemangsa karnivora maupun herbivora sebagai konsumen ke-3.
Rantai pemangsa landasan utamanya adalah tumbuhan hijau sebagai produsen. Rantai pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat herbivora sebagai konsumen I, dilanjutkan dengan hewan karnivora yang memangsa herbivora sebagai konsumen ke-2 dan berakhir pada hewan pemangsa karnivora maupun herbivora sebagai konsumen ke-3.
2. Rantai Parasit
Rantai parasit dimulai dari organisme besar hingga organisme yang hidup sebagai parasit. Contoh organisme parasit antara lain cacing, bakteri, dan benalu.
Rantai parasit dimulai dari organisme besar hingga organisme yang hidup sebagai parasit. Contoh organisme parasit antara lain cacing, bakteri, dan benalu.
3. Rantai Saprofit
Rantai saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai. Misalnya jamur dan bakteri. Rantai-rantai di atas tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan satu dengan lainnya sehingga membentuk faring-faring makanan.
Rantai saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai. Misalnya jamur dan bakteri. Rantai-rantai di atas tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan satu dengan lainnya sehingga membentuk faring-faring makanan.
D. Rantai Makanan dan Tingkat
Trofik
Salah satu cara suatu komunitas berinteraksi adalah dengan peristiwa makan dan dimakan, sehingga terjadi pemindahan energi, elemen kimia, dan komponen lain dari satu bentuk ke bentuk lain di sepanjang rantai makanan. Organisme dalam kelompok ekologis yang terlibat dalam rantai makanan digolongkan dalam tingkat-tingkat trofik. Tingkat trofik tersusun dari seluruh organisme pada rantai makanan yang bernomor sama dalam tingkat memakan (Anonim, 2000). Sumber asal energi adalah matahari. Tumbuhan yang menghasilkan gula lewat proses fotosintesis hanya memakai energi matahari dan C02 dari udara. Oleh karena itu, tumbuhan tersebut digolongkan dalam tingkat trofik pertama. Hewan herbivora atau organisme yang memakan tumbuhan termasuk anggota tingkat trofik kedua. Karnivora yang secara langsung memakan herbivora termasuk tingkat trofik ketiga, sedangkan karnivora yang memakan karnivora di tingkat trofik tiga termasuk dalam anggota tingkat trofik keempat. Tingkat trofik tersebut juga menggambarkan aliran energi yang terdapat dalam rantai makan tersebut. Energi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja. Energi diperoleh organisme dari makanan yang dikonsumsinya dan dipergunakan untuk aktivitas hidupnya. Aliran energi yang terjadi dalam setiap tingkat trofik mengalami pengurangan. Pada tingkat trofik pertama yang ditempati oleh produsen energi yang di hasilkan sanagt banyak. Pada tingkat trofik kedua, energinya sudah berkurang, begitupun pada tingkat trofik ketiga dan tingkat trofik keempat yang di tempati oleh dekomposer.
Salah satu cara suatu komunitas berinteraksi adalah dengan peristiwa makan dan dimakan, sehingga terjadi pemindahan energi, elemen kimia, dan komponen lain dari satu bentuk ke bentuk lain di sepanjang rantai makanan. Organisme dalam kelompok ekologis yang terlibat dalam rantai makanan digolongkan dalam tingkat-tingkat trofik. Tingkat trofik tersusun dari seluruh organisme pada rantai makanan yang bernomor sama dalam tingkat memakan (Anonim, 2000). Sumber asal energi adalah matahari. Tumbuhan yang menghasilkan gula lewat proses fotosintesis hanya memakai energi matahari dan C02 dari udara. Oleh karena itu, tumbuhan tersebut digolongkan dalam tingkat trofik pertama. Hewan herbivora atau organisme yang memakan tumbuhan termasuk anggota tingkat trofik kedua. Karnivora yang secara langsung memakan herbivora termasuk tingkat trofik ketiga, sedangkan karnivora yang memakan karnivora di tingkat trofik tiga termasuk dalam anggota tingkat trofik keempat. Tingkat trofik tersebut juga menggambarkan aliran energi yang terdapat dalam rantai makan tersebut. Energi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja. Energi diperoleh organisme dari makanan yang dikonsumsinya dan dipergunakan untuk aktivitas hidupnya. Aliran energi yang terjadi dalam setiap tingkat trofik mengalami pengurangan. Pada tingkat trofik pertama yang ditempati oleh produsen energi yang di hasilkan sanagt banyak. Pada tingkat trofik kedua, energinya sudah berkurang, begitupun pada tingkat trofik ketiga dan tingkat trofik keempat yang di tempati oleh dekomposer.
Berkurangnya energi yang terjadi di setiap trofik terjadi karena
hal-hal berikut.
3. Hanya
sejumlah makanan tertentu yang ditangkap dan dimakan
oleh tingkat trofik selanjutnya.
4. Beberapa
makanan yang dimakan tidak bisa dicemakan dan
dikeluarkan sebagai sampah.
dikeluarkan sebagai sampah.
5. Hanya
sebagian makanan yang dicerna menjadi bagian dari
tubuh organisms, sedangkan sisanya digunakan sebagai
sumber energi.
tubuh organisms, sedangkan sisanya digunakan sebagai
sumber energi.
Dalam
studi ekologi digunakan metoda pendekatan secara rnenyeluruh pada
komponen-kornponen yang berkaitan dalam suatu sistem. Ruang lingkup ekologi
berkisar pada tingkat populasi, komunitas, dan ekosistem[1].
Ekosistem
adalah suatu komunitas tumbuhan, hewan dan mikroorganisme beserta lingkungan
non-hayati yang dinamis dan kompleks, serta saling berinteraksi sebagai suatu
unit yang fungsional. Manusia merupakan bagian yang terintegrasi dalam
ekosistem. Ekosistem sangat bervariasi dalam hal ukuran, dapat berupa genangan
air pada suatu lubang pohon hingga ke samudera luas.
Komposisi
atau karakteristik keragaman ditentukan oleh banyaknya spesies organisme dan
perbandingan jumlah individu seluruh spesies. Keragaman komunitas biasanya
ditentukan dengan menghitung indeks keragaman sebagaimana yang dirumuskan oleh
Sompson. Indeks keragaman makin tinggi jika jumlah spesies organisme makin
banyak dan kelimpahan proporsional spesies dari setiap spesies makin besar[3].
Faktor
biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik
tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen,
hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer[4].
Faktor
biotik juga meliputi tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi individu,
populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfer. Tingkatan-tingkatan organisme
makhluk hidup tersebut dalam ekosistem akan saling berinteraksi, saling
mempengaruhi membentuk suatu sistemyang menunjukkan kesatuan. Secara lebih
terperinci, tingkatan organisasi makhluk hidup adalah sebagai berikut[5].
Pembahasan
ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen
penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktora biotik antara lain suhu,
air, kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk
hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga
berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu
populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu
sistem yang menunjukkan kesatuan[6].
Menurut
Anonim[7],
Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia.
Faktor fisik utama yang mempengaruhi ekosistem adalah sebagai berikut.
a. Suhu
Suhu
berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan
organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada
kisaran suhu tertentu.
b. Sinar matahari
Sinar
matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu.
Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai
produsen untuk berfotosintesis.
c. Air
Air
berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme.
Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran
biji; bagi hewan dan manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup
lain, misalnya transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi
unsur abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut
dan pelapuk.
d. Tanah
Tanah
merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan
organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan
unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.
e. Ketinggian
Ketinggian
tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat tersebut, karena
ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda.
f. Angin
Angin
selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam penyebaran biji
tumbuhan tertentu.
g. Garis lintang
Garis lintang berbeda
menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis lintang secara tak
langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan bumi. Ada
organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja.
Apabila seseorang
hendak memberikan suatu komunitas khusus dalam daerah yang terbatas dan
wilayahnya mudah dicapai, biasanya orang tersebut tidak akan membuat sensus
komunitas secara lengkap, namun sebagai gantinya cukup dengan menggunakan
metode sampling pada lahan dimana suatu komunitasnya biasanya hadir[8].
Jika
sampling dilakukan secara hati-hati dengan metode yang benar, maka seorang
peneliti akan merasa yakin dalam mengeksplorasi data-data sampel tersebut untuk
memperkirakan nilai parameter sejati untuk seluruh komunitas[9].
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
III.2 bahan
III.3 Cara kerja
III.3.1 Percobaan Sachs
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan pengamatan yang
kami lakukan kami mendapati beberapa faktor yang berpengaruh dalam terbentuknya
suatu ekosistem. Faktor tersebut terdiri dari faktor biotik dan faktor abiotik
. Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di
bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai
produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai
dekomposer (Anonim, 2000). Faktor biotik juga meliputi
tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi individu, populasi, komunitas,
ekosistem, dan biosfer. Tingkatan-tingkatan organisme makhluk hidup tersebut
dalam ekosistem akan saling berinteraksi, saling mempengaruhi membentuk suatu
sistem yang menunjukkan kesatuan (Anonim, 2000). Individu dalam pengamatan yang
kami lakukan adalah berupa tanaman seperti lempuyung, rumput teki dan beberapa
tanaman yang belum teridentifikasi. Selain itu juga ada beberapa hewan kecil.
Populasi yang terdapat pada pengamatan yang kita lakukan adalah populasi rumput
teki, populasi Tempuyung. Dari beberapa populasi tersebut terbentuklah suatu
komunitas.
Faktor abiotik adalah faktor
tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor fisik utama yang
mempengaruhi ekosistem adalah suhu, sinar matahari, air, tanah, ketinggian,
angin, dan garis lintang (Anonim, 2000). Interaksi antara komponen biotik
dengan abiotik membentuk ekosistem. Ekosistem yang terbentuk dalam pengamatan
yang kami lakukan adalah ekosistem padang rumput dengan tanaman yang paling
dominan adalah rumput teki. Selain itu hubungan antara organisme dengan
lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem. Selain aliran
energi, di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik,
keanekaragaman biotik, serta siklus materi (Anonim, 2000). Salah satu cara
suatu komunitas berinteraksi adalah dengan peristiwa makan dan dimakan,
sehingga terjadi pemindahan energi, elemen kimia, dan komponen lain dari satu
bentuk ke bentuk lain di sepanjang rantai makanan. Rantai makanan adalah
pengalihan energi dari sumbernya dalam tumbuhan melalui sederetan organisme
yang makan dan yang dimakan (Anonim, 2000). Berdasarkan data yang kami ambil
maka kami dapat membuat rantai makanan secara sederhana.
Dalam rantai makanan di atas
kita dapat mengetahui bahwa sample A, B, C dan I, bertindak sebagai produsen
karena sample A, B ,C, dan I merupakan tumbuhan yang dapat memproduksi makanan
sendiri melalui proses fotosintesis. Tanaman juga membutuhkan bahan-bahan
abiotik seperti air dan dan tanah untuk proses tumbuh. Dimana pH dan kelembaban
tanah sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman serta nutrisi yang dihasilkan
oleh tanaman. Sedangkan sample D dan E bertindak sebagai konsumen tingkat
1 yang disebut herbivora. Dalam praktikum ini kami tidak bisa menemukan
adanya konsumen tingkat II dan dekomposer. Rantai makanan ini
tergolong kedalam rantai pemangsa dimana landasan utamanya adalah tumbuhan
hijau sebagai produsen. Rantai pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat
herbivora sebagai konsumen I, dilanjutkan dengan hewan karnivora yang memangsa
herbivora sebagai konsumen ke-2 dan berakhir pada hewan pemangsa karnivora
maupun herbivora sebagai konsumen ke-3. (Anonim, 2000)
Berdasarkan rantai makanan ini
maka kami dapat pula membuat jaring-jaring makanan secara sederhana.
Secara sederhana sebuah ekosistem dapat digambarkan melalui proses
makan dan dimakan pada jaring-jaring makanan tersebut. Hal
ini Organisme dalam kelompok ekologis yang terlibat dalam rantai
makanan digolongkan dalam tingkat-tingkat trofik. Tingkat trofik tersusun dari
seluruh organisme pada rantai makanan yang bernomor sama dalam tingkat
memakan (Anonim, 2000).
Tingkat trofik tersebut juga menggambarkan aliran
energi yang terdapat dalam rantai makan tersebut. Energi dapat diartikan
sebagai kemampuan untuk melakukan kerja. Energi diperoleh organisme dari
makanan yang dikonsumsinya dan dipergunakan untuk aktivitas
hidupnya (Anonim, 2000).
Aliran energi yang terjadi dalam setiap tingkat trofik mengalami
pengurangan. Pada tingkat trofik pertama yang ditempati oleh produsen energi
yang di hasilkan sangat banyak. Pada tingkat trofik kedua, energinya sudah
berkurang, begitupun pada tingkat trofik ketiga dan tingkat trofik keempat yang
di tempati oleh dekomposer.Berkurang-nya energi yang terjadi di setiap trofik
terjadi karena hal-hal berikut
1. Hanya sejumlah makanan tertentu
yang ditangkap dan
dimakan oleh tingkat trofik selanjutnya.
dimakan oleh tingkat trofik selanjutnya.
2. Beberapa makanan yang dimakan
tidak bisa dicernakan dan
dikeluarkan sebagai sampah.
dikeluarkan sebagai sampah.
3. Hanya sebagian makanan yang
dicerna menjadi bagian dari
tubuh organisme, sedangkan sisanya digunakan sebagai
sumber energi.
tubuh organisme, sedangkan sisanya digunakan sebagai
sumber energi.
Selain itu juga terdapat interaksi antar populasi kerangkong
dengan populasi rumput teki. Di mana interaksi yang terjadi adalah interaksi
secara komensalisme karena tanaman kerangkong merupakan jenis tanaman herba
yang memiliki sulur. Dalam keadaan ini tanaman kerangkong meggunakan rumput
teki sebagai tempat merambatnya. Namun, hal ini tidak merugikan bagi rumput
teki, karena tanaman kerangkong tidak menyerap nutrisi dari rumput teki.
BAB V
PENUTUP
V.1
V.
DAFTAR PUSTAKA
Caudill,
Herb. Ekosistem dan
Kesejahteraan Manusia: Suatu Kerangka Pikir untuk Penilaian. Jakarta:
Millennium Ecosystem Assessment, 2005.
Nur,
Fatmawati. Penuntun Praktikum
Ekologi Hewan. Makassar:
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar, 2010.
Anonim.2000.Biologi. (http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/0037%20Bio%201-8b.htm) (diakses tanggal 5 Desember 2011)
Campbell,
Neil A.,Reece, Mitchell.1925.Biology.Edisi kelima(terjemahan, Erlangga,
2004) Benjamin/Cummings, California
Darmawan,
Agus.2005.Ekologi Hewan.Malang: UM Press
Sofa.2008.Sejarah dan Ruang lingkup ekologi
ekosistem. http://massofa.wordpress.com/2008/09/23/sejarah-dan-ruang-lingkup-ekologi-dan-ekosistem/ (diakses tanggal 5 Desember
2011)
[2] Herb
Caudill, Ekosistem dan
Kesejahteraan Manusia: Suatu Kerangka Pikir untuk Penilaian, (Jakarta:
Millennium Ecosystem Assessment, 2005), h. 4.
[8] Fatmawati
Nur, Penuntun Praktikum
Ekologi Hewan, (Makassar:
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar, 2010), h. 10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar